Jumat, 27 Maret 2009

Spanyol Sudah Terbiasa Tanpa Raul

Spanyol Sudah Terbiasa Tanpa Raul

  • Tempat Raul Gonzalez sepertinya bukanlah di La Furia Roja.


Captain of Spain, Raul Gonzalez Blanco (AFP)


Apa yang salah dengan Raul Gonzalez (foto)?

Sang Pangeran memang terlahir untuk Real Madrid, bukan Spanyol. Malahan, timnas Spanyol tak ubahnya sebuah kutukan bagi Raul. Diidolakan dan dipuja-puji di Santiago Bernabeu, Raul tak pernah bisa menularkan sihirnya di timnas Spanyol. Saat diabaikan Luis Aragones pada Euro'08 lalu, Spanyol malah mampu keluar sebagai juara...

Banyak yang menganggap era Raul di La Furia Roja sudah habis. Spanyol sendiri takkan terlalu merasa kehilangan. Seperti saat Euro'08, modal dua striker ulung, David Villa dan Fernando Torres, sudah cukup karena lini tengah tim berlimpah pemain hebat -- Marcos Senna, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, David Silva, Santi Cazorla, Xabi Alonso. Belum lagi dua striker muda yang bisa dicoba Vicente del Bosque, Fernando Llorente dari Athletic Bilbao dan pemuda Barcelona, Bojan Krkic. Masih ada Alvaro Negredo, Sergio Garcia, atau bahkan Roberto Soldado, yang masuk daftar tunggu La Furia Roja.

Raul bisa apa?

Dukungan dari kalangan sesama pemain, seperti dari Daniel Guiza dan Fernando Hierro, memang tidak cukup. Raul harus membuktikannya dengan kemampuan di atas lapangan. Tapi, penampilan Raul musim ini tak bisa dipungkiri membuktikan kualitasnya belum habis. Ingat gol ke gawang Real Betis awal bulan lalu? Saat menerima umpan Gonzalo Higuain dalam kotak penalti, Raul dengan tenang mencungkil bola untuk memperdaya kiper Ricardo. Gol hebat yang hanya bisa lahir dari pemain istimewa. Raul menanti satu kesempatan lagi bersama timnas.

Selain itu, statistik berpihak kepada Raul. Pemain berusia 31 tahun ini topskor Liga Champions sepanjang masa dengan catatan 64 gol. Saat ini dirinya juga bertengger sebagai topskor Madrid sepanjang masa, 312 gol, belum lagi pencetak gol terbanyak untuk timnas Spanyol, dengan 44 gol dalam 102 penampilan sejak memulai debut 1996 silam. Sayangnya, telepon dari Del Bosque tak pernah tiba.

Señor Del Bosque tentu tak lupa berkat kegemilangan Raul pula dirinya pernah mengecap manisnya gelar Liga Champions. Raul mempersembahkan gol pamungkas ke gawang Valencia pada final 2000 sebelum melengkapi raihan sembilan gelar Madrid di turnamen antarklub Eropa paling bergengsi itu dua tahun kemudian. Bulan lalu, Del Bosque memastikan pintu timnas masih terbuka bagi Raul, meski hingga kini tak kunjung mewujudkannya.

Spanyol sepertinya tidak butuh Raul. La Furia Roja tak butuh Pangeran, karena akan menghancurkan semangat kolektif yang membawa mereka menjuarai gelar internasional pertama dalam 40 tahun terakhir tahun lalu. Kehadiran Raul dalam Spanyol ditengarai memecah tim ke dalam dua kubu -- pro-Raul dan anti-Raul. Fenomena kegagalan Spanol -- meski dijagokan sebelum turnamen -- dalam beberapa Piala Dunia dan Piala Eropa seakan menegaskan perpecahan tersebut. Spanyol seolah takkan pernah bisa disatukan.

Untungnya, dengan berani Aragones mengandalkan generasi pemain yang tidak terpengaruh konflik tersebut dan meninggalkan sang penyebab perpecahan itu sendiri. Kali terakhir Raul diberi kesempatan berseragam Spanyol adalah saat tim ditekuk Irlandia Utara 3-2, September 2006. Sejak saat itu, Raul tak dipanggil. Spanyol kemudian hanya kalah sekali dari Swedia, Oktober 2006, dan setelahnya tak pernah lagi terkalahkan hingga sat ini.

Spanyol memang bukan Madrid. Boleh setuju atau tidak, tidak ada singgasana untuk Sang Pangeran dalam skuad La Furia Roja.

1 komentar:

Ragil Cahya Maulana mengatakan...

udah.. raul pensiunin aja. emangnya timnas spanyol punya embahnya apa? emangnya cuman dia doang striker emas spanyol? trus torres ama villa mo dikemanain?

percaya ato tidak, masa Raul sudah habis.